Page Nav

HIDE

Ads Place 30 OKT 2024 - 28 NOV 2024

MPLS SMK Ramah: Bukan Sekadar Orientasi, tapi Simulasi Industri

Ilustrasi MPLS SMK Ramah: Bukan Sekadar Orientasi, tapi Simulasi Industri Berita24.com - Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di Seko...

Ilustrasi MPLS SMK Ramah: Bukan Sekadar Orientasi, tapi Simulasi Industri


Berita24.com
- Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu momen penting dalam perjalanan pendidikan murid. Kegiatan tersebut bukan hanya seremonial administratif memperkenalkan lingkungan fisik SMK, tetapi menjadi tonggak awal pembentukan karakter, motivasi, dan kesiapan murid untuk menghadapi dunia kerja. Sayangnya, banyak pelaksanaan MPLS di SMK masih terjebak pada pola orientasi klasik: ceramah, baris-berbaris, dan hafalan tata tertib. Padahal, dengan transformasi paradigma pendidikan vokasi, MPLS justru memiliki potensi menjadi ruang simulasi awal terhadap budaya kerja industri.

Pendekatan "MPLS SMK Ramah" hadir bukan sekadar untuk memanusiakan murid baru, tetapi sebagai strategi sistematis untuk membangun mindset profesionalisme sejak hari pertama. MPLS dapat dirancang lebih bermakna dengan lima tema utama: (1) Paradigma SMK Ramah, (2) Layanan Bermutu di Hari Pertama, (3) MPLS sebagai Cermin Budaya Industri, (4) Penyelarasan Kurikulum dan Soft Skills, serta (5) Kepala Sekolah dan Guru sebagai Agen Transformasi.

Paradigma SMK Ramah 
Konsep "SMK Ramah" tidak sekadar dimaknai menghindari kekerasan atau perpeloncoan. Konsep SMK ramah memungkinkan murid baru merasa diterima, dihargai, dan difasilitasi untuk berkembang secara optimal, dengan iklim belajar yang menggembirakan dan tetap berorientasi pada kesiapan kerja. Ini diperkuat oleh adanya Surat Edaran Menteri Pendidikan Nomor 10 Tahun 2025 dan Pedoman MPLS yang menegaskan pentingnya pendekatan ramah dan manusiawi dalam penyelenggaraan MPLS. SMK ramah bukan permisif tetapi menempatkan pendisiplinan dalam kerangka pedagogis yang dialogis dan partisipatif. MPLS menjadi titik awal mengkomunikasikan nilai-nilai seperti tanggung jawab, integritas, dan profesionalisme kepada murid baru.

Layanan Bermutu di Hari Pertama
Layanan bermutu mencakup lima dimensi utama, yaitu Reliability, Responsiveness, Assurance, Empathy, dan Tangibles. Kualitas layanan di SMK akan sangat mempengaruhi motivasi dan kinerja murid.
Hari pertama sangat menentukan sejauhmana murid merasa disambut dengan hangat, dihargai sebagai individu, dan diperkenalkan pada sistem yang jelas.  Atau justru sebaliknya, merasa asing, takut, atau bahkan disuruh duduk diam tanpa interaksi. Untuk itu, MPLS harus dirancang sebagai pengalaman layanan dimana kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan memperlakukan siswa sebagai "pelanggan utama". Artinya murid harus dilayani secara profesional, cepat, dan empatik. Ini mulai dari penyambutan, distribusi informasi, hingga respon terhadap keluhan. 

MPLS sebagai Cermin Budaya Industri 
Salah satu tantangan utama SMK selama ini adalah membangun keterhubungan nyata dengan dunia industri. Link and match seyogianya ditanamkan sejak hari pertama mereka masuk ke lingkungan sekolah. MPLS menjadi media strategis untuk mengenalkan nilai-nilai, etos kerja, dan dinamika dunia industri secara kontekstual.

Kegiatan MPLS dapat didesain seperti simulasi awal kehidupan kerja, Misalnya, menggunakan bahasa komunikasi profesional, membiasakan teamwork, berpakaian sesuai standar kerja, hingga pengenalan pada struktur organisasi layaknya perusahaan. Inilah bentuk konkret dari "MPLS yang bukan sekadar orientasi, tapi simulasi industri".

Model praktik dapat menjadi inovasi kegiatan MPLS. Ini meliputi antara lain mini proyek berbasis kelompok, kunjungan virtual ke perusahaan mitra, atau sesi mentoring bersama alumni yang sudah bekerja. Dengan demikian, murid tidak hanya mengenal sekolah, tetapi langsung terkoneksi dengan masa depan profesinya.

Penyelarasan Kurikulum dan Soft Skills
Pendekatan pembelajaran mendalam (deep learning) memberikan ruang yang luas bagi SMK untuk mengembangkan proyek penguatan delapan dimensi profil lulusan. Kedelapan dimensi tersebut yaitu: (1) keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) kewargaan, (3) penalaran kritis, (4) kreativitas, (5) kolaborasi, (6) kemandirian, (7) kesehatan, dan (8) komunikasi. Dimensi ini sangat terkait dengan kebutuhan dunia industri seperrti penalaran kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi.

MPLS harus menjadi tempat untuk menanamkan dan mempraktikkan nilai-nilai tersebut. Misalnya, murid baru dilibatkan dalam simulasi kerja tim lintas jurusan, menyelesaikan studi kasus ringan, hingga membuat refleksi pribadi atas pertemuan mereka dengan alumni atau tokoh industri. MPLS tidak lagi menjadi sesi pasif, tetapi bagian dari pembelajaran aktif sejak hari pertama.

Ini berimplikasi bahwa MPLS menjadi instrumen penyelarasan dini antara visi sekolah, karakter murid, dan tuntutan dunia kerja. Sekolah tidak hanya memperkenalkan visi dan misi, tetapi mulai menghidupi nilai-nilai tersebut bersama-sama.

Kepala Sekolah dan Guru sebagai Agen Transformasi 
Transformasi MPLS tidak mungkin terjadi tanpa aktor perubahan yang kuat. Kepala Sekolah dan guru terutama memegang peranan kunci dalam mendesain, mengimplementasikan, dan mengevaluasi MPLS yang ramah dan relevan.

Kepemimpinan visioner diperlukan untuk menjadikan MPLS sebagai proyek strategis sekolah, bukan sekadar rutinitas. Kepala sekolah harus memastikan seluruh tim memahami filosofi dasar sekolah ramah dan layanan bermutu. Di sisi lain, guru dan tenaga kependidikan harus dilatih untuk menjalankan peran sebagai fasilitator budaya kerja, bukan hanya penyampai informasi.

Pelatihan layanan prima untuk guru dan tenaga kependidikan sebelum MPLS menjadi kebutuhan yang mendesak. Begitu pula sistem umpan balik dari murid baru terhadap pengalaman mereka selama MPLS. Ini adalah bukti bahwa SMK tidak hanya berbicara tentang perubahan, tetapi menjalankannya secara nyata.

Penutup
Dengan mengubah cara pandang terhadap MPLS, SMK dapat membuktikan diri sebagai lembaga pendidikan vokasi yang benar-benar menyambut masa depan. Sekolah ramah bukan hanya menciptakan kenyamanan, tetapi juga kesiapan. Layanan bermutu bukan hanya teknis, tetapi juga menyentuh sisi kemanusiaan.

Yang terpenting, MPLS bukan sekadar orientasi, melainkan momen strategis untuk mensimulasikan nilai-nilai dan atmosfer industri kepada murid. Jika dilakukan dengan benar, maka hari pertama sekolah akan menjadi awal yang kuat menuju kualitas lulusan yang unggul, tangguh, dan siap bersaing di dunia nyata.

Pendapat Pribadi
Zulfikar
Analis Kebijakan pada BBPPMPV Bisnis dan Pariwisata, Kemendikdasmen






Ads Place