Masalah yang
dihadapi Taliban diantaranya adalah pembentukan pemerintahan baru hingga krisis
ekonomi yang menakutkan bagi setiap negara. Taliban gagal memegang kendali
dalam penguasaan cadangan ekonomi negara setelah bantuan dari barat selesai
bersamaan dengan jatuhnya Afghanistan.
Saat ini diberlakukan pembatasan penarikan mingguan sebesar
$200. Hal ini bertujuan untuk melindungi
cadangan negara yang semakin menipis. Antrean
panjang masih terbentuk di luar bank, dimana penduduk Afghanistan khawatir karena krisis tersebut.
Pasar dadakan muncul di mana orang-orang menjual barang rumah tangga di seluruh Kabul meskipun tidak ada pembeli. Kekeringan dan kelaparan
mendorong ribuan orang dari pedesaan ke kota-kota, dan Program Pangan Dunia
khawatir pasokan makanan akan habis pada akhir bulan.
Bahkan dengan miliaran dolar bantuan asing, ekonomi
Afghanistan gagal mengalami
pertumbuhan karena
peningkatan populasi dan
krisis lainnya. Banyak pengangguran
bahkan para pekerja pemerintah pun tidak dibayar sejak Juli.
“Setiap warga Afghanistan,
anak-anak, mereka kelaparan, mereka tidak punya
sekantong tepung atau minyak goreng,” kata penduduk Kabul, Abdullah.
“Keamanan cukup baik saat ini, tetapi kami tidak mendapatkan
apa-apa. Setiap hari,
keadaan menjadi lebih buruk bagi kami, lebih pahit. Ini adalah situasi yang
sangat buruk.” Kata
seorang tukang daging di daerah
Bibi Mahro, Kabul.
Reaksi
dunia terhadap pemerintah Taliban dan pendukungnya tidak begitu baik. Hingga saat ini, belum
ada tanda-tanda pengakuan Internasional
atau langkah-langkah
untuk membuka blokir cadangan devisa yang disimpan di luar Afghanistan dengan lebih dari $9 miliar.
Selain itu, ada ketidakpercayaan mendalam terhadap
tokoh-tokoh senior pemerintah seperti menteri dalam negeri Sirajuddin Haqqani,
yang dinyatakan sebagai teroris oleh Amerika Serikat dengan hadiah $10 juta
untuk kepalanya.
Sumber:
Reuters
Tags:
Perang Taliban, Perang Afghanistan, Krisis Ekonomi Afghanistan.