Berita 24 Indonesia - Kasus perdagangan dan penyelundupan satwa liar selama pandemi berkurang secara drastis karena perbatas an antar negar...
Sebelumnya, permintaan produk satwa liar seperti sisik
trenggiling, empedu beruang, dan cula badak turun karena persepsi bahwa virus
pertama kali muncul di pasar Tiongkok tempat penjualan satwa liar dan juga mereka
sadar akan penyakit zoonosis.
Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC)
memperingatkan dalam laporan internal yang ditujukan untuk lembaga penegak
hukum di wilayah tersebut bahwa kemungkinan akan mengalami peningkatan dalam
perdagangan satwa liar di Asia Tenggara.
Jeremy Douglas, perwakilan UNODC untuk Asia Tenggara dan
Asia Pasifik mengatakan bahwa pandemi telah memberi pihak berwenang kesempatan untuk mencegah permintaan satwa liar dan menekan jalur pasokan
para pedagang.
Tetapi ketika para penyelundup merayap kembali, penyitaan
resmi produk-produk hewani terlarang mulai meningkat, sehingga penting untuk
mempertahankan pemeriksaan perbatasan yang lebih ketat.
Asia Tenggara
yang merupakan salah satu kawasan paling banyak spesies satwa liar telah lama menjadi pusat perdagangan satwa
liar. Badak diburu untuk diambil culanya, buaya diternakkan untuk diambil
kulitnya, berang-berang dan burung ditangkap untuk sebagai hewan peliharaan
serta kayu rosewood ditebang secara ilegal.
Ada permintaan yang tinggi untuk produk hewani ilegal di
negara-negara seperti Cina, Myanmar dan Thailand di mana mereka digunakan dalam
pengobatan tradisional atau dikonsumsi secara langsung.
Beberapa pemerintah telah memanfaatkan pandemi sebagai
kesempatan untuk membatasi perdagangan
satwa liar. Seperti China
melarang langsung warganya
untuk mengonsumsi daging liar dan perdagangan satwa liar,
sementara Vietnam meningkatkan penegakan undang-undang anti-perdagangan manusia
pada Juli tahun itu.
Melalui wawancara dengan pedagang-pedagang satwa liar di
daerah di negara-negara sepanjang Sungai Mekong seperti Myanmar, Thailand, Laos, dan Cina, UNODC menemukan bukti produk satwa
liar ditimbun sampai harga dan permintaan pulih.
Sumber:
Reuters
Tags: Perdagangan Satwa Liar, Bahaya Virus Zoonosis, Larangan Pelihara Satwa Liar.