Berita 24 Indonesia - Di sebuah pabrik di kota Dehiwala-Mount Lavinia, Sri Lanka, para pekerja menggunakan staples dan lem untuk merakit kot...
Ketika angka kematian akibat Covid-19 di Sri Lanka melonjak,
beberapa orang memilih peti mati kardus ini ketika mereka mengkremasi orang
yang mereka cintai. Negara ini mencatat angka kematian harian tertinggi 198
pada hari Jumat dengan total kematian mencapai 7.560.
"Saat ini, rata-rata sekitar 400 orang meninggal per hari di Sri Lanka karena berbagai penyebab termasuk Covid-19," kata Sahabandu.
"Untuk membuat 400 peti mati, Anda harus menebang sekitar 250 hingga 300 pohon. Untuk mencegah kerusakan lingkungan itu, saya mengusulkan konsep ini ke komite kesehatan dewan," tambahnya.
"Dengan merebaknya virus corona, masyarakat kesulitan
membayar peti mati kayu yang mahal."
Setiap peti mati berharga sekitar 4.500 rupee Sri Lanka
($22,56), dibandingkan dengan 30.000 rupee untuk peti kayu murah. Hal itu bisa menahan hingga 100 kilogram.
Peti mati pada awalnya sebagian besar digunakan untuk korban
Covid-19, tetapi menjadi lebih populer di kalangan mereka yang peduli dengan
lingkungan. Sekitar 350 peti mati kardus telah dikirim sejak awal 2020, dan
pabrik sedang mengerjakan 150 peti lagi yang dipesan oleh dewan.
"Mayoritas orang di negara ini mendukung. Masalahnya hari ini adalah memasoknya. Kami sedang mengusahakannya," kata Sahabandu.
Presiden Gotabaya Rajapaksa mengumumkan penguncian total
pada hari Jumat selama sepuluh hari untuk mengekang lonjakan baru dalam kasus
Covid-19 yang didorong oleh penyebaran varian Delta yang sangat menular.
Sumber:
Reuters