Berita 24 Indonesia - Mengkonsumsi terlalu banyak gula dapat memicu gangguan kesehatan, seperti risiko bertambahnya berat badan, diabetes, ...
Berita 24 Indonesia - Mengkonsumsi terlalu banyak gula dapat memicu gangguan kesehatan, seperti risiko bertambahnya berat badan, diabetes, gigi berlubang, dan lainnya.
Ada banyak produk makanan sehat, seperti produk susu,
sayuran, dan buah-buahan yang mengandung gula secara alami. Gula dalam makanan
ini memberi rasa yang lebih manis dan nutrisi serta gizi tambahan.
Namun ada beberapa produsen yang secara sengaja menambahkan
gula ke makanan seperti sereal, kue, dan beberapa minuman. Gula tambahan inilah
yang menyebabkan masalah kesehatan.
Tidak seperti makanan dan minuman yang secara alami
mengandung gula, makanan dan minuman dengan tambahan gula tidak memberikan
nilai gizi. Mengonsumsi terlalu banyak dapat menyebabkan masalah kesehatan
seiring berjalannya waktu.
Dilansir dari Medical News Today, berikut lima alasan
mengapa gula tambahan berdampak buruk bagi kesehatan:
1. Tidak Memiliki Gizi Yang Optimal
Menambahkan gula ke makanan dan minuman secara signifikan
hanya meningkatkan kandungan kalori tanpa menambahkan nutrisi apa pun.
Makanan dan minuman yang mudah dicerna dengan cepat berarti bukan sumber energi
yang baik.
Lain halnya dengan produk yang secara alami mengandung gula,
seperti buah-buahan dan produk susu yang mengandung gula alami. Tubuh mencerna
makanan ini lebih lambat dan menjadikannya sumber energi yang tahan lama.
Rata-rata orang dewasa di Amerika Serikat mengonsumsi
sekitar 308 kalori dari gula tambahan per hari. Mengonsumsi gula yang tidak
memiliki nutrisi hanya akan merusak kesehatan. Hal ini juga dapat menyebabkan
ketidakseimbangan, di mana kekurangan nutrisi dapat menyebabkan komplikasi
kesehatan lebih lanjut.
2. Bertambah Berat Badan
Risiko nyata ketika seseorang mengonsumsi gula tambahan
secara berlebihan adalah bertambahnya berat badan. Ada bukti kuat yang
menunjukkan bahwa kelebihan gula makanan adalah penyebab kenaikan berat badan.
Karena tubuh biasanya lebih cepat mencerna produk yang
mengandung gula tambahan, mereka tidak mengimbangi rasa lapar untuk waktu yang
lama. Ini dapat menyebabkan makan lebih teratur sepanjang hari dan asupan
kalori yang lebih besar secara keseluruhan.
Leptin adalah hormon yang mengatur rasa lapar dengan
menentukan berapa banyak energi yang dibutuhkan tubuh. Gangguan fungsi leptin
dapat menyebabkan penambahan berat badan dan obesitas.
Sebuah penelitian pada tahun 2011 mengungkapkan bahwa diet
tinggi lemak dan gula dapat menyebabkan resistensi leptin. Resistensi leptin
terjadi ketika tubuh tidak lagi merespons leptin dengan benar. Penulis
penelitian ini menemukan bahwa menghilangkan gula dari makanan dapat
membalikkan resistensi leptin.
3. Diabetes
Tidak benar bahwa gula menyebabkan diabetes. Diet berkalori
tinggi dalam bentuk apa pun dapat menyebabkan diabetes tipe 2. Namun, dalam
banyak kasus, diet tinggi gula yang mengandung kalori tinggi bisa meningkatkan
risiko diabetes.
Sebuah analisis data dari 310.819 orang, menemukan bahwa
mereka yang mengonsumsi minuman manis tinggi kalori memiliki risiko 26 persen
lebih besar terkena diabetes tipe 2 dibandingkan mereka yang mengonsumsi kadar
kalori rendah.
4. Gigi Berlubang
Setelah konsumsi gula, bakteri di mulut membentuk lapisan
tipis plak di atas gigi. Bakteri ini bereaksi dengan gula yang ada dalam
makanan dan minuman yang kemudian memicu pelepasan asam yang merusak gigi.
Ada kemungkinan tubuh memperbaiki sendiri kerusakan pada
tiap bagian. Namun dengan seiring waktu, akan menyebabkan kerusakan permanen
yang bisa membuat gigi berlubang. Membatasi asupan makanan tinggi gula
merupakan salah satu cara efektif mencegah gigi berlubang.
5. Risiko Penyakit Jantung
Diet tinggi gula dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.
Hasil penelitian selama 15 tahun menunjukkan bahwa orang dengan banyak gula
tambahan dalam makanan mereka secara signifikan lebih mungkin meninggal karena
penyakit jantung daripada orang dengan sedikit tambahan gula dalam makanan
mereka.
Meskipun ada kaitan yang jelas, diperlukan lebih banyak
penelitian untuk lebih memahami hubungan antara gula dan penyakit jantung.